Dalam diskusi yang juga dihadiri oleh Wakil Rektor III, Dekan Fakultas Pertanian dan peserta lainnya ini, Edy Antoro menceritakan bagaimana harus bekerja keras menakhodai usahanya di tengah gelombang pandemi Covid-19. “Awalnya saya memperkirakan pandemi Covid-19 akan berakhir dalam tiga bulan saja, tapi nyatanya terus lanjut hingga kini. Tentu saja pandemi Covid-19 menjadi pukulan telak bagi usaha kami, terutama yang berkaitan dengan wisata. Secara umum omzetnya terjun hingga tinggal 20 persen saja. Maka mau tidak mau harus menjalankan efisiensi di semua bidang, begitu pula perencanaan bisnis harus diubah semua,” ungkap pengusaha asli Jember ini.
Salah satu langkah yang diambil Edy Antoro adalah dengan mengatur kembali jam kerja karyawannya dan mengatur pengupahan sebab kini karyawannya tidak bekerja seperti di era normal. “Pandemi Covid-19 jelas membuat banyak usaha merugi bahkan gulung tikar, bagi kami ini menjadi tantangan bagaimana agar tidak sampai mem-PHK karyawan. Namun pelajaran yang bisa diambil adalah, seorang pengusaha harus selalu punya rencana alternatif dalam menghadapi kondisi apapun agar tetap survive. Kedua, pandemi Covid-19 mengajarkan kita supaya melakukan efisiensi di semua bidang, dan yang pasti harus tetap kreatif dan inovatif,” jelas Edy yang alumnus Fakultas Pertanian angkatan tahun 1980.
Kisah Edy Antoro dengan Kusuma Agrowisata-nya bertahan di era pandemi Covid-19 ditanggapi serius oleh Rektor Universitas Jember. Menurutnya pengalaman seperti ini tidak bisa didapat di bangku kuliah, oleh karena itu Universitas Jember gencar menjalin kerjasama dengan berbagai lembaga, baik lembaga pemerintah, sesama perguruan tinggi, hingga lembaga swasta. Dan salah satu langkah strategis yang dilakukan adalah menggandeng alumnus yang sukses membangun usaha. Harapannya, mahasiswa akan mendapatkan pengalaman, praktek dan kiat dalam menjalankan usaha. Apalagi di era Kampus Merdeka-Merdeka Belajar, mahasiswa memperoleh kebebasan untuk melaksanakan magang, riset dan proyek ilmiah lainnya di luar kampus.
“Kami ingin mahasiswa yang magang nantinya tidak sekedar menggugurkan kewajiban saja, tapi benar-benar terjun mendalami dunia kerja. Sebab adanya kemudahan magang, riset dan proyek ilmiah lainnya di luar kampus di Program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar bertujuan membekali mahasiswa dengan pengalaman nyata agar siap bekerja. Nah kita sengaja mengandeng alumnus, sebab tentu saja mereka memiliki kepedulian lebih kepada almamater sehingga harapannya bisa membimbing yuniornya dengan lebih intens,” tutur Iwan Taruna.
Sementara itu kesediaan membimbing mahasiswa Universitas Jember juga disampaikan oleh Edy Antoro. Dirinya lantas bercerita jika di Kusuma Agrowisata, mahasiswa yang magang tidak serta merta langsung praktek bekerja, namun malah diajak berdiskusi terlebih dahulu. “Saya sering mengajak peserta magang untuk ngobrol, saya tanya apa passion mereka ? Apa kesukaan mereka ? Sebab memang tidak semua orang bakal jadi pengusaha. Seringkali mereka belum tahu potensi dirinya sehingga belum menyiapkan strategi apa selepas lulus kuliah,” lanjutnya.
Untuk diketahui melalui Program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar, maka mahasiswa mendapatkan kesempatan kemudahan untuk magang, riset dan proyek ilmiah lainnya di luar kampus. Jika sebelumnya mahasiswa magang hanya dalam jangka waktu hanya sebulan, maka dengan Program Kampus Merdeka-Merdeka Belajar mahasiswa bisa magang hingga satu semester. “Silahkan mahasiswa Universitas Jember melaksanakan magang dan kegiatan akademis lain di Kusuma Agrowisata, tidak hanya belajar mengenai pertanian saja namun bisa belajar mengenai prosesing berbagai produk kami, pengelolaan wisata hingga sisi bisnisnya,” pungkas Edy Antoro yang optimis atmosfir bisnis akan kembali membaik secara bertahap seiring dengan program vaksinasi Covid-19. (iza/to2/iim/hms)