Prestisius adalah ucapan yang pantas disematkan untuk kendaraan jenis mobil sedan mengingat fungsinya lebih dari sekadar kendaraan.
Pada dasarnya kendaraan adalah alat untuk memindahkan suatu objek dari satu titik ke titik lain. Ada banyak kebutuhan dalam proses itu sehingga produsen kendaraan menciptakan berbagai macam desain.
Sedan adalah salah satu yang paling populer di kategori mobil penumpang.
Pengertian modern sedan adalah mobil penumpang yang didesain memiliki tiga boks terpisah. Kombinasinya bisa berupa boks pertama area mesin, boks kedua kabin, dan boks ketiga bagasi.
Selain identik dengan tiga boks, sedan juga punya karakteristik lain, yakni atap tertutup, memiliki empat pintu, dan punya dua baris jok.
Istilah sedan dipercaya pertama kali dilontarkan di Inggris pada 1634 oleh Sir Sanders Duncombe, merujuk pada desain kursi tertutup yang disangga tiang dan diangkut oleh manusia. Desain itu mirip tandu yang biasa digunakan pada zaman dahulu buat mengangkut pemimpin, bangsawan, atau orang penting lainnya.
Ada yang meyakini istilah sedan merupakan turunan dari bahasan Italia ‘sede’ atau ‘sedia’ yang berarti kursi. Namun, ada juga yang mengatakan Duncombe terinsipirasi salah satu kota di Perancis bernama Sedan. Meski demikian, hingga saat ini belum ada bukti kuat yang menguatkan kedua pendapat itu.
Secara komersial istilah sedan pertama kali digunakan pada mobil yang diproduksi dan dijual oleh produsen Amerika Serikat pada 1912. Meski begitu model yang mengenakan nama jenis sedan itu belum didesain memiliki tiga boks.
Sedan secara komersial muncul 27 tahun setelah mobil pembakaran dalam (internal combustion) pertama di dunia diciptakan pada 1885. Pada 1886, rancangan mobil tiga roda yang menggunakan mesin 4 langkah, 1 silinder, 984 cc, itu dipatenkan Berlin.
Saat ini, 107 tahun setelah istilah sedan digunakan, sedan merupakan salah satu jenis mobil terlaris di dunia. Menurut penyedia data otomotif global, Jato Dynamics, pada semester satu 2019, sedan merupakan mobil terlaris nomor dua di dunia setelah SUV.
Sejarah Sedan di Indonesia
Kendaraan bermotor pertama di Indonesia adalah sepeda motor buatan Hilderbrand und Wolfmuller yang dipesan orang Inggris bernama John C Potter. Saat itu Indonesia masih dalam pendudukan Belanda dan bernama Hindia Belanda.
Pada 1893, motor mesin 2-silinder yang perlu sekitar 20 menit buat menyalakannya itu masuk ke Pulau Jawa melalui Pelabuhan Semarang.
Setahun setelahnya, mobil pertama di Indonesia, Benz Viktoria, masuk melalui pelabuhan yang sama. Mobil beratap terpal ini milik Soesoehoenan Soerakarta Pakoe Boewono X.
Belum ada catatan yang menyatakan kapan sedan pertama kali ada di Indonesia. Meski begitu diketahui pada 1910-an penjualan mobil di Hindia Belanda berkembang pesat dan perusahaan otomotif bermunculan.
Pada 1914 Pameran Mobil Jawa II digelar di Semarang.
Sementara itu industri otomotif dimulai pada 1920 ketika pabrik perakitan mobil merek AS pertama kali berdiri di Tanjoeng Priok –sebutan pelabuhan Tanjung Priok.
Menurut buku Sejarah Mobil dan Kisah Kehadiran Mobil di Negeri Ini, sedan mulai dirakit dan dijual oleh produsen Jerman pada era 1950-an di Bandung.
Pada 1961, mobil Jepang pertama kali masuk Indonesia lewat model jip dan sedan. Populasi mobil-mobil produsen Eropa dan AS yang sempat tenar di Indonesia sampai 1960-an pun mulai tergantikan mobil Jepang.
Industri otomotif di dalam negeri mulai tumbuh, namun belum bisa memenuhi kebutuhan nasional. Tingginya angka mobil impor yang masuk ke Indonesia membuat pemerintah berupaya mengembangkan industri dalam negeri.
Pada 22 Januari 1974, melalui Surat Keputusan Nomor 25/74, pemerintah melarang impor utuh (Completely Built Up/CBU) sedan dan station wagon.
Selain itu pemerintah juga meneraplan pajak diskriminatif buat sedan. Misalnya, pemberian bea masuk impor 100 persen untuk sedan, sementara untuk kendaraan niaga ringan nol persen.
Sedan Kendaraan Spesial
Pada 2013, pemerintah mengeluarkan PP Nomor 41 tentang Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Dalam peraturan ini, sedan digolongkan kendaraan yang lebih mewah ketimbang jenis lainnya seperti SUV, MPV atau hatchback.
Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menjelaskan, dasar pertimbangan diberlakukannya PP 41/2013 agar mempertahankan pasar otomotif melalui MPV 7-penumpang yang lagi tren di dalam negeri.
“Kebijakan tersebut berhasil menjadikan kendaraan MPV menjadi unggulan produksi Indonesia dan telah mampu menjadi eksportir kendaraan MPV ke pasar ASEAN dan Timur Tengah serta negara lainnya,” kata Putu.
Pemerintah kemudian mengeluarkan PP Nomor 22 Tahun 2014 terkait PPnBM kendaraan yang merevisi Peraturan PP 41/2013.
Pada PP 22/2014 disebut sedan bermesin maksimal 1.500 cc kena PPnBM sebesar 30 persen. Sedan bermesin 1.500 cc - 3.000 cc kena 40 persen dan sedan bermesin di atas 3.000 cc kena PPnBM paling berat yakni 125 persen.
Sementara itu MPV maksimal 1.500 cc cuma dibebani PPnBM 10 persen dan yang bermesin 1.500 cc - 2.000 cc hanya PPnBM 20 persen.
Pajak tinggi ini lantas tak membuat pasar sedan menghilang. Pasarnya masih ada dan kendaraan jenis ini tetap digemari masyarakat Indonesia. Pertimbangan yang paling utama adalah desain dan mengedepankan kenyamanan serta keamanan.
Penjualan Satu Dekade Sedan di Indonesia
Menurut data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor (Gaikindo), penjualan sedan selama satu dekade terakhir tidak pernah mencapai 5 persen dari penjualan nasional.
Kondisi terparah terjadi pada tahun lalu, yaitu hanya terjual 3.300-an unit (0,58 persen). Padahal total penjualan seluruh kendaraan menyentuh 1,15 juta unit.
Harga mahal dan tingginya pajak kendaraan bermotor yang harus dibayar konsumen setiap tahun menciptakan stereotip bahwa sedan hanya pilihan buat orang-orang berkocek tebal.
Meski begitu bukan berarti pasar sedan mati. Masih ada konsumen loyal yang belum mau pindah ke lain hati.
Buat sebagian orang, sedan merupakan jenis mobil yang paling nyaman, fungsional, serta menyenangkan saat dikemudikan. Sedan juga memiliki lebih banyak fitur keselamatan serta dianggap prestisius.
Hal ini diamini salah satu komunitas konsumen loyal sedan di dalam negeri.
Chairul Fahry dari komunitas pemilik model sedan yang sudah beredar sebanyak 12 generasi di dalam negeri mengatakan para anggotanya rata-rata memilih sedan karena tingkat kenyamanannya lebih tinggi ketimbang model lain.
Sedan juga disebut punya ‘sesuatu’ yang bikin pemiliknya mendapatkan kesan spesial.
“Saya pernah tanya ke anggota yang pakai sedan sebagai mobil pertama, terus saya tanya, dengan dana sekian kalian sebenarnya bisa beli mobil lain, terus mereka jawabanya karena sedan itu nyaman, prestis, dan fitur jauh lebih oke. Jadi mereka memilih mau mengeluarkan uang lebih buat sedan,” kata Chairul yang mengayomi 985 anggota komunitas.
Warisan Teknologi Sedan
Salah satu contoh warisan teknologi mobil yang identik dengan sedan adalah sistem gerak roda depan.
Teknologi ini tergolong revolusioner, mengingat sejak mobil pertama diciptakan, sistem gerak yang paling populer adalah roda belakang. Di masa itu, pengembangan gerak roda depan hanya eksperimen sebab mobil masih dirancang menggunakan pelek kayu.
Sistem gerak roda depan pertama kali diperkenalkan di mobil produksi massal pada 1934 oleh produsen asal Perancis.
Konfigurasi tersebut –ditambah posisi mesin di depan—sekarang umum digunakan pada banyak model sedan.
Konfigurasi ini memiliki beberapa keuntungan, di antaranya membuka lebih banyak desain eksterior dan interior, lebih sedikit membutuhkan komponen, irit bahan bakar, serta tetap menawarkan pengendalian optimal.
Kini para produsen global mampu memaksimalkan kelebihahan itu lewat teknologi elektrifikasi.
Penerapannya baik pada mobil hybrid ataupun murni listrik. Pada skema hybrid, dengan perpaduan mesin konvensional dan motor listrik, sedan jadi bukan hanya punya tenaga berlimpah namun tetap menyuguhkan keiritian bahan bakar.
Ke depannya sedan dirancang dengan jantung mekanis konvensional dengan pilihan penggerak roda depan.
Tipe ini akan dijejali berbagai fitur penunjang untuk menyesuaikan kebutuhan pengendara. Tak lupa sedan hybrid tetap mengejar kata ‘efisiensi’ tanpa mengurangi kenikmatan berkendaran mobil sedan.
Efisiensi juga dilakukan produsen dengan cara menggabungkan sedan ke desain platform global. Pada satu sisi hal ini membuat konsumen untung karena sebagian komponen sedan berbagi dengan jenis lain yang lagi naik daun seperti SUV dan MPV.
Peluang Sedan di Indonesia
Anda bisa lakukan apapun pada sedan: nyalakan mosi tidak percaya, kerdilkan potensinya, atapun bikin redup energinya, tapi sedan tak pernah mati di Indonesia.
Nadi sedan masih berdenyut walau sekarang ramai mobil jenis MPV dan SUV.
Sedan bisa terus bertahan melintasi dekade sebab loyalis masih eksis. Bahkan peluang sedan sehat kembali bukan mimpi, meski euforia itu butuh uluran tangan banyak pihak termasuk para petinggi negara.
Kebijakan pemerintah untuk menurunkan pajak mobil-mobil yang emisinya rendah bisa menjadi pemicu kebangkitan sedan.
Apalagi saat ini Indonesia mengarah ke teknologi hijau seperti hybrid atau listrik murni. Era mobil elektrifikasi pun menjadi angin segar bagi sedan untuk terus melintasi zaman.