Iklan

Menu Bawah

Sejarah Jember

Senin, Mei 31, 2021 WIB

 


Pada tahun 1817-1883, Jember hanya merupakan wilayah distrik/kawedanan yang berada di bawah wilayah Afdeeling Bondowoso, Karesidenan Besuki. Perkembangan yang cukup signifikan di wilayah Jember, khususnya pada bidang perkebunan, menjadikan Jember pada tahun 1883 dimekarkan menjadi wilayah afdeeling mandiri dan terpisah dari Afdeeling Bondowoso, namun keduanya masih dalam wilayah Karesidenan Besuki. Sebagai wilayah afdeeling, Jember pertama kali dipimpin oleh seorang bupati yang merupakan orang pribumi bernama R. Panji Kusumonegoro yang diawasi oleh seorang asisten residen berkebangsaan Belanda bernama C.H Blanken, yang merupakan kepanjangan tangan dari Residen atau Gubernur Jenderal. Jember kala itu membawahi 4 wilayah distrik/kawedanan, yakni: distrik Jember, Sukokerto, Puger, dan Tanggul. Masing-masing kawedanan dipimpin oleh seorang wedana yang merupakan orang pribumi dan diawasi oleh seorang controleur yang merupakan orang berkebangsaan Belanda. Selain jabatan-jabatan tersebut, ada pula jabatan patih yang berfungsi sebagai perantara bupati dengan para wedananya.  Istana atau kantor Patih Jember, diperkirakan ada di Jl. Trunojoyo Kelurahan Kepatihan Kaliwates. Adapun kantor dan rumah kediaman wedana, kini telah menjadi kantor Masjid Baitul Amin.

 



Pada akhir tahun 1800-an hingga awal 1900-an, terjadi beberapa pemekaran dari 4 distrik yang ada. Distrik Jember mengalami pemekaran menjadi Distrik Jember dan Distrik Rambipuji. Distrik Puger mengalami pemekaran menjadi Distrik Puger dan Distrik Wuluhan. Distrik Sukokerto berubah menjadi Distrik Mayang dan Distrik kalisat. Adapun Sukokerto, kini hanya menjadi salah satu desa di wilayah Kecamatan Sukowono.

 





Kemudian pada tanggal 1 Januari 1929, Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menerbitkan Besluit Staatblad nomor 322 yang ditandatangani oleh Gubernur Jenderal Hindia Belanda kala itu, yaitu Andries Cornelis Dirk de Graeff di Istana Cipanas. Tanggal keluarnya besluit tersebut, belakangan hari ditetapkan sebagai hari Jadi Kabupaten Jember. Besluit mengubah status wilayah Jember dari afdeeling menjadi Regentschap. Kedua istilah tersebut sesungguhnya tidak berbeda, mengacu kepada wilayah setingkat kabupaten. Pada tahun itu pula, RT. Ario Notohadinegoro sebagai bupati pertama Jember sejak statusnya diubah menjadi Regentschap. Nama bupati Notohadinegoro kini diabadikan sebagai nama Bandara Jember yang berlokasi di Desa Wirowongso Kecamatan Ajung.

 

Sebagai wilayah Regentschap, Jember terdiri dari 7 wilayah distrik. Kemudian pada tahun 1941, masing-masing wilayah distrik tersebut dipecah lagi menjadi wilayah-wilayah yang lebih kecil yang disebut dengan Onderdistrik, totalnya ada 25 Onderdistrik. Berikut ini rincian wilayah distrik dan onderdistrik di Jember pada masa lalu:

 

Distrik Jember meliputi onderdistrik Jember, Wirolegi, dan Arjasa.

 

Distrik Kalisat meliputi onderdistrik Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe, dan Sukowono.

 

Distrik Rambipuji meliputi onderdistrik Rambipuji, Panti, Mangli, dan Jenggawah.

 

Distrik Mayang meliputi onderdistrik Mayang, Silo, Mumbulsari, dan Tempurejo.

 

Distrik Tanggul meliputi onderdistrik Tanggul, Sumberbaru, dan Bangsalsari.

 

Distrik Puger meliputi onderdistrik Puger, Kencong Gumukmas, dan Umbulsari.

 

Distrik Wuluhan meliputi onderdistrik Wuluhan, Ambulu, dan Balung.

 

Pada perkembangan berikutnya, pusat-pusat perdagangan baru, terutama perdagangan hasil-hasil pertanian di beberapa wilayah distrik terbentuk, seperti Balung dan Kencong. Hal ini berdampak pada pergeseran pusat-pusat pemerintahan di tingkat distrik, seperti distrik Wuluhan bergeser ke Balung, dan Distrik Puger bergeser ke Kencong.

 

Sejak tahun 1950, istilah Regenschap Jember diubah menjadi Kabupaten Jember. Kemudian pada tahun 1976, Jember dimekarkan menjadi Kabupaten Jember dan Kota Jember. pada tahun itu pula, Kecamatan Jember dihapus dan dari wilayahnya dibentuk 3 kecamatan baru, yaitu: Sumbersari, Patrang dan Kaliwates. Kemudian Kecamatan Wirolegi diubah menjadi Kecamatan Pakusari, adapun Wirolegi, kini menjadi salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Sumbersari. Kecamatan Mangli juga mengalami perubahan menjadi Kecamatan Sukorambi, adapun Mangli kini menjadi salah satu kelurahan di wilayah Kecamatan Kaliwates. Bersamaan dengan pembentukan Kota Administratif Jember, wilayah Kewedanan Jember bergeser pula dari Jember ke Arjasa dengan wilayah kerja meliputi Arjasa, Pakusari, dan Sukowono yang sebelumnya masuk Distrik Kalisat. Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, secara administratif Kabupaten Jember saat itu terbagi menjadi tujuh Wilayah Pembantu Bupati, satu wilayah Kota Administratif, dan 31 Kecamatan.

 

Kota Administratif Jember meliputi Kecamatan Kali­wates, Patrang dan Sumbersari;

 

Pembantu Bupati di Arjasa meliputi Kecamatan Arjasa, Jelbuk, Pakusari dan Sukowono;

 

Pembantu Bupati di Kalisat meliputi Kecamatan Ledokombo, Sumberjambe dan Kalisat;

 

Pembantu Bupati di Mayang meliputi Kecamatan Mayang, Silo, Mumbulsari dan Tempurejo;

 

Pembantu Bupati di Rambipuji meliputi Kecamatan Rambipuji, Panti, Sukorambi, Ajung dan Jenggawah;

 

Pembantu Bupati di Balung meliputi Kecamatan Ambulu, Wuluhan dan Balung;

 

Pembantu Bupati di Kencong meliputi Kecamatan Kencong, Jombang, Umbulsari, Gumukmas dan Puger;

 

Pembantu Bupati di Tanggul meliputi Kecamatan Semboro, Tanggul, Bangsalsari dan Sumberbaru.

Pada tahun 2001, keberadaan Kota administratif Jember dihapus, demikian pula lembaga Pembantu Bupati dihapus, diganti dan rampingkan menjadi 4 Kantor Koordinasi Camat, yakni:

 

Kantor Koordinasi Camat Jember Barat di Tanggul

 

Kantor Koordinasi Camat Jember Selatan di Balung

 

Kantor Koordinasi Camat Jember Tengah di Rambipuji

 

Kantor Koordinasi Camat Jember Timur di Kalisat

 

Tulisan ini adalah kiriman dari user, isi tulisan ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Komentar

Tampilkan

  • Sejarah Jember
  • 0

Terkini

Topik Populer

Advertisement

close